Rabu, 02 November 2011

Waroeng Taman Singosari Semarang

Hari ini kami mencicipi salah satu rumah makan di daerah Singosari, tepatnya persis di seberang taman bermain Wonderia, namanya Waroeng Taman Singosari (meskipun namanya Waroeng, tapi bukan warung tenda2 gitu loo..). Untungnya setiap hari sabtu, rumah makan ini tutup jam 10 malam, sebelumnya sudah malas saja kalo tutup jam 9 seperti hari biasa karena kami datang sekitar pukul 20.30 nanti tidak bisa order.
Waroeng Taman Singosari ini tempatnya nyaman, bersuasana tradisional bila dilihat dari tampak depannya yang didominasi kayu dan terbuka seperti joglo. Terdiri dari 2 lantai, saya lebih suka di lantai bawah karena lebih santai, volume orang yang lewat lebih sedikit jadi lebih khusyuk =p ada air terjun mini nya lo. Untuk yang datang berombongan tidak perlu khawatir karena ada meja untuk orang banyak, mungkin tempat parkirnya yang agak susah.hehe..

Menyediakan macam - macam menu, mulai dari aneka steak, nasi goreng, spaghetti&mie, seafood crispy, serta aneka jus dan teh.




Yang saya pesan, chicken steak jawa. Yaitu chicken steak tanpa tepung dengan saus merah khas jawa. Ayamnya di grill dengan baik, tingkat kematangannya dagingnya pas, dan yang saya suka di bagian luarnya ada sedikit rasa khas bakaran yang crispy, disajikan dengan hot plate dan diberi irisan wortel, kentang, buncis, juga pipilan jagung manis (saya suka steak yang ada jagung manisnya). Untuk per porsi steak ini harganya standar saja bila dilihat dari ukuran daging yang besar, Rp 12.500 per porsi nya.



Di Waroeng Taman Singosari ini kalau pesan steak disediakan extra saus, tanpa charge tambahan loh. Untuk yang suka steak bersaus melimpah, boleh juga nih. Rasa saus steak nya khas, pada suapan pertama didominasi rasa asam, ada juga rasa saus barbeque yang sedikit manis, dan rasa pedas dari blackpepper.




Yang di samping kanan ini adalah seafood basket. Terdiri dari cumi, ikan kakap, dan udang, digoreng dengan tepung crispy. Seafoodnya dimasak dengan baik jadi tidak amis sama sekali. Bisa dimakan sebagai cemilan teman ngobrol, atau dengan nasi putih. Bisa juga minta udang crispy, atau cumi crispy saja. Per porsi seafood basket dihargai Rp 18.500,- nasi putih nya Rp 3.000,- per porsi. Disediakan saus sambal juga bagi yang suka pedas.




Untuk minuman di Waroeng Taman Singosari disediakan aneka juice, tea, squash, & sofdrink. Yang kami pesan kemarin salah satu nya adalah es cokelat. Rp 4.000,- per gelas nya. Rasanya minuman ini dibuat dari bubuk cokelat, agak pahit, dan bubuk cokelat nya belum larut sempurna (di lidah rasa bubuknya pahiiiittttt, mungkin kalau dilarutkan dengan air panas dulu baru diberi es, cokelatnya akan lebih nikmat)




Yang saya pesan, ice lemon tea. Sebenarnya ingin memesan strawberry tea atau grape tea supaya bisa dibandingkan dengan strawberry tea nya roti bakar murni, sayang, kosong.
Ice lemon tea better daripada es cokelat nya.hehe. segar, dan lebih didominasi rasa lemon daripada teh nya. Tidak begitu manis juga, jadi cocok-cocok saja bagi yang suka tidak terlalu manis.Rp 4.000,- per gelas.

Overall Waroeng Taman Singosari oke juga makanannya, mungkin lain kali saya akan kembali kesini untuk mencoba makanan lainnya.

Sumber: http://kulinersemarangku.blogspot.com

Puri Pencet Pak Kus

Hari ini kami mencoba mencicipi rumah makan penyetan yang letaknya di jalan Anjasmoro raya. Kurang tahu alamat lengkapnya sih... tapi kalau masuk dari arteri utara ke jalan Anjasmoro Raya, lurus saja dan perhatikan kiri jalan anda sampai ada rumah makan dengan spanduk bertuliskan Puri Pencet Pak Kus.
Lauk nya bemacam-macam, dari tempe, tahu, telur, ayam, bebek, dan aneka ikan.

Harganya pun bervariasi mulai dari Rp 5.000 sampai Rp.10.000,- untuk lauknya. Nasi putih Rp 2.000,- per porsi.




Ayam pencet (dada) dihargai Rp 8.000,- per potong. Bisa pilih dada atau paha. Ayamnya tidak diberi bumbu macam-macam, hanya agar sekedar gurih, kemudian digoreng sampai luarnya kering, tapi keempukan dagingnya tetap ada. Disajikan di atas ulekan sambal kecil dari batu (ibarat pizza ulekannya ini ukuran personal, hehe..) dengan sambal yang mantapp..!! pedas, asin, gurih dari terasi, dan segar dari perasan jeruk sambal. Cabainya pun terasa segar, sepertinya menggunakan cabai rawit kalau dirasakan dari pedasnya yang nendang.

Untuk yang tidak terlalu suka pedas, sambalnya bisa diberi kecap manis, rasa sambalnya tetap enak kok, seperti sambal bandeng kropok.




Yang kurang suka daging, disediakan juga tempe dan telur pencet. Satu porsi paket tempe dan telur pencet isi nya satu potong tempe dan satu telur mata sapi. Tempenya enak, bukan tempe irisan, tapi tempe yang kalau dijual di pasar itu yang dibungkus daun satu-satu. Kematangan telur mata sapinya juga pas, disajikan dengan sambal mantap.




Satu porsi tempe&telur pencet dihargai Rp 5.000,-
Untuk minumannya standar saja , es teh manis, dan es teh tawar.
Total yang harus dibayar untuk 1 porsi ayam pencet, 1 porsi tempe+telur pencet, 2 piring nasi putih, 1 es teh manis, dan 1 es teh tawar, adalah Rp 23.500,-.

Lauknya enak, nasinya pulen, sambalnya mantap, hanya mungkin akan lebih baik jika tingkat pedasnya sambal bisa disesuaikan dengan keinginan konsumen, atau menyediakan macam-macam jenis sambal, supaya yang kurang suka pedas bisa menikmati masakan Puri Pencet Pak Kus ini.


Sumber: http://kulinersemarangku.blogspot.com

Harum Gurih Nasi Liwet Yu Sani Solo

Harum Gurih Nasi Liwet Yu Sani
 


Nasi gurih komplet isi ini jadi salah satu ikon kota batik, Solo. Disajikan dalam pincuk, rasanya jadi makin sedep! Ayam, telur, atau ati rempela sebagai tambahannya? Hmm..pilih saja sesuai selera! Yang suka pedas, coba saja tambahkan cabai rawit saat menyantapnya!

Berjalan-jalan di kota Solo memang tak pernah ada bosannya. Selalu saja ada yang membuat saya rindu akan kota ini dan membuat saya selalu ingin kembali lagi. Seperti malam kemarin, saya mencoba menyusuri Solo Baru. Banyak yang bilang, belum ke Solo kalau belum jalan-jalan ke Solo Baru.

Solo Baru merupakan salah satu bagian kota mandiri di Utara Solo yang berupa kompleks hunian dan pertokoan. Uniknya kota mandiri ini tak jauh dari pusat kota sekitar 15 menit dari daerah kraton. Di malam hari sepanjang jalan utama ini, di kiri kanan jalan berderet-deret warung tenda dengan segala jenis makanan yang ditawarkan.

Banyak jajanan khas kota Solo dijajakan di sini. Seperti nasi liwet, timlo, soto gading, sate, susu murni, seafood, jagung bakar, dan masih banyak yang lain. Kali ini saya ingin mencicipi nasi liwet yang cukup terkenal di wilayah ini. Konon nasi liwet yang satu ini rasanya lebih 'nendang' dari yang legendaris Wongso Lemu.

Nasi liwet Yu Sani awalnya berjualan dalam tenda mungil dengan penerangan lampu seadaanya. Salah seorang teman saya membicarakan warung ini dengan bersemangat hingga membuat saya penasaran dengan rasanya. Cuaca kota Solo yang gerimis sejak sore membuat perut saya semakin lapar dan ingin segera menikmati sepiring nasi liwet yang hangat dan gurih.

Warung Yu Sani ada di deretan agak ujung. Ternyata jejeran mobil sudah memadati bagian depan warung tenda Yu Sani. Belum juga memasuki tendanya, saya harus menelan kecewa karena ternyata nasi liwetnya sudah habis. Walah.. kok cepat sekali! Padahal jam di tangan belum beranjak dari angka 8 tapi nasi liwet sudah habis tak bersisa.

Beruntung, salah satu pelayan memberi tahu saya kalau warung Yu Sani membuka cabang tak jauh dari warung tersebut. Jadilah saya melarikan mobil ini menuju lokasi yang dimaksud bersama dengan beberapa pengunjung lain yang bernasib sama.

Benar saja, warung ini memang sama dengan milik Yu Sani. Suasananya tidak terlalu ramai. Hanya saya dan beberapa orang yang tadi kehabisan di warung Yu Sani sebelumnya. Mungkin karena banyak orang yang belum tahu pikir saya. Hmm..karena perut sudah menjerit lapar, saya langsung memesan seporsi nasi liwet dengan telur.

Tak perlu menunggu lama, nasi liwet pun bisa langsung saya nikmati. Nasi dan sayurnya masih mengepul panas. Aromanya harum gurih menggelitik hidung saya. Cara penyajiannya cukup unik, menggunakan pincuk (piring daun pisang) sebagai alasnya. Karena terkena uap nasi dan sayurnya yang hangat  membuat aroma dan rasanya semakin suedep!

Nasinya merupakan nasi yang diliwet dengan santan encer sehingga pulen dan wangi. Dari segi rasa nasi liwet ini jauh lebih gurih dan nasinya sedikit berkilat karena memakai santan. Sayurnya menggunakan sayur labu atau disebut juga sambal goreng jipang. Suwiran ayam yang diopor kering, dan telur ayam yang dipindang menjadi teman nasi liwet yang lezat! Yang menjadi ciri khasnya adalah pemberian areh dan juga cabe rawit rebus sebagai pelengkapnya. Ada berbagai pilihan lauk lain seperti sayap ayam, ceker atau kepala ayam yang semuanya dibumbu opor.

Makan seporsi nasi liwet selalu dirasa kurang. Hmm..mungkin karena porsinya yang tidak terlalu besar dan perut saya yang terlalu lapar. Tapi kalau menggunakan tambahan lauk sepotong ayam mungkin lain lagi ceritanya. Untuk seporsi nasi liwet telur saya tak perlu merogoh kocek terlalu dalam, cukup dengan Rp 7.000,00 saya sudah bisa menikmatinya. Kalau mau yang komplit cukup menambahkaan Rp 2.000,00 saja. Cukup murah bukan?

Sayangnya malam itu perut saya sudah cukup penuh terisi, jika tidak mungkin segelas susu sapi segar yang katanya terkenal enak di kawasan Solo Baru ini sudah jadi penutup yang manis. Hmm.. lain kali saya harus mencobanya!

Nasi Liwet Yu Sani
Jl. Raya Solo Baru (depan pertokoan)
Telp: 08122975311, 081578485657
Buka : 17.30-23.00


Sumber: http://www.detikfood.com

Kesetrum Ditonjok Nasi Pedas Bali!

Kesetrum Ditonjok Nasi Pedas Bali!
 


Nasi rames gaya Bali ini berbeda dengan nasi campur Bali. Ragam lauk dan sayuran tinggal pilih saja. Mulai dari ati ampla balut bumbu cabai, tumis kangkung, mi goreng, urap, telur bumbu kuning dan masih banyak lagi. Tetapi bersiap-siaplah ditonjok rasa pedas menggigitnya. Huah..huah!

Nasi campur Bali memang sudah tidak asing lagi baik di telinga maupun di lidah kita. Tanpa harus ke Bali pun kita bisa mencicipinya. Tapi untuk nasi yang satu ini, sepertinya memang harus meluncur ke pulau dewata dulu baru bisa merasakan sensasi rasanya.

Nasi pedas Bu Andhika sudah saya dengar kiprahnya bahkan saat di Jakarta. Kalau menurut teman saya, jalan-jalan ke Bali gak afdol kalau belum mencicipi nasi pedas Bu Andhika ini. Daripada penasaran, langsung saja saya meluncuru ke Jl. Raya Kuta, tak jauh dari Joger.

O lala, warung tenda ini ternyata sudah cukup padat pengunjung. Baik mereka yang makan di tempat ataupun yang dibungkus untuk di bawa pulang. Bahkan saya harus rela berdiri untuk mendapatkan giliran memesan makanan. Kalau dilihat-lihat sih, warung ini tak ada bedanya dengan warung nasi rames yang banyak bertebaran di Jakarta.

Etalase panjang memajangkan berbagai macam masakan rumahan. Pembeli tinggal tunjuk mana makanan yang diinginkan. Harganya pun tidak terlampau mahal, untuk seporsi nasi pedas standar dibandrol dengan harga Rp 12.000,00 tapi kalau menambahkan lauk lainnya beda lagi harganya tapi tak lebih dari Rp 20.000,00.

Sambil menunggu untuk dilayani, saya asyik ngemil keripik usus yang ditaruh dalam keranjang di meja. O ya, jangan bayangkan warung tenda milik bu Andhika ini memiliki banyak meja. Justru paling banyak di sini hanyalah jejeran kursi plastik. Rata-rata pengunjung cukup duduk manis sambil menikmati nasi pedasnya tanpa perlu menggunakan meja.

Nasi pedas disajikan diatas piring anyaman yang dialasi kertas nasi. Untuk jenis nasi pedas standar biasanya berisi nasi dengan side dish berupa kering tempe, sayur tumis (biasanya tumis kangkung) serundeng kelapa, mi goreng dan suwiran daging halus dengan bumbu manis-manis pedas. Nah, pilihan lauk lainnya ada telur ceplok, ati dan ampela, ayam suwir, opor ayam, uraban, dan masih banyak lagi.

Kalau saya lebih memilih ditambahkan dengan urapan dan  ayam  suwir tak ketinggalan sambal bajaknya. Nasi putihnya pulen dan masih hangat, suwir ayamnya pedas gurih, sedangkan suwir dagingnya manis-manis pedas. Urabannya juga tak kalah pedas, tapi rasanya mantap dan pas! Semburat gurih kepala, pedas cabai dan aroma bawangnya benar-benar mantap.

Tapi diantara semua lauknya, yang paling nonjok adalah sambalnya. Tak mengira kalau rasa sambalnya akan membuat saya seperti disetrum! Sambalnya mirip dengan sambal goreng biasa, tapi dugaan saya cabai yang digunakan adalah cabai rawit merah. Jadi rasa pedasnya benar-benar nyegrak! Tapi herannya ngga bikin kapok, justru ingin lagi dan lagi.

Tanpa terasa peluh pun mulai bermunculan. Udara Bali yang cukup panas malam itu semakin panas dengan manu nasi pedas Bu Andhika ini. Kalau yang saat ini tengah berlibur ke pulau dewata, warung nasi Bu Andhika bisa jadi target wisata kuliner Anda. Apalagi harganya tak terlalu mahal, seporsi nasi berikut lauk harganya sekitar Rp 12.000 - Rp 20.000 saja.

Nasi Pedas Ibu Andika
Jl. Raya Kuta Gg. Kubu 120C
Seberang Supernova minimarket - Kuta
Telp: 0815 583 18187, 0813 3872 8749



Sumber: http://www.detikfood.com

Lawar Bebek Kuwir dari Lepang Klungkung



Lawar merupakan makanan khas yang sudah tidak asing lagi bagi warga Bali. Makanan khas ini menjadi menu utama pada setiap sarana upakara (upacara) keagamaan. Jadi, tidak hanya untuk santapan teman nasi saja.

Lawar pun bermacam-macam. Ada lawar ayam, lawar babi, lawar kuwir, hingga lawar penyu. Sebelum dilarang dikonsumsi, lawar upakara di Bali memakai penyu. Sekarang, warga memakai daging kuwir atau daging babi. Katanya, lebih enak lawar kuwir atau lawar babi ketimbang lawar daging ayam. Bumbunya lebih merasuk. Tetapi, tidak semua orang senang atau bisa mengonsumsi babi.

Lawar kuwir populer di Kabupaten Klungkung. Salah satu warung yang memopulerkan lawar kuwir Klungkung menjadi santapan di luar menu upakara, yaitu untuk disantap kapan saja, adalah warung Pan Sinar. Warung di Jalan Kembang Matahari Nomor 3B, Banjar Ketapian Kaja, Denpasar, itu milik Ketut Gina (61), warga asli kelahiran Banjar Lepang, Desa Takmung, Klungkung.

Kuwir adalah sebutan di Pulau Dewata untuk bebek atau mentok. Jika harga mentok di Jawa murah, sekitar Rp 15.000 per ekor, di Pulau Seribu Pura ini bisa mencapai Rp 35.000 per ekor. Karena belum lama ini Indonesia terserang virus flu burung, Gubernur Bali pun melarang memasok unggas hidup, kecuali yang masih berumur satu hari atau telurnya saja.

“Tiyang (saya) sempat kesulitan mendapatkan kuwir. Tetapi, tiyang tidak khawatir sepi pelanggan gara-gara flu burung karena kuwir sudah tiyang masak dengan matang dan bersih,” ujar Ketut Gina. Meramu lawar tidak mudah dan tidak sembarang orang pandai meraciknya menjadi makanan yang nikmat. Di Bali, orang yang pandai meramu lawar disebut mencegera. Mereka khusus peramu atau koki lawar pada saat perhelatan upacara keagamaan.

Ketut Gina sendiri diakui para pelanggannya pandai meramu lawar kuwir dengan rasa pas dan rasanya bisa sama setiap harinya. Warungnya yang disewanya sekitar tahun 1996 itu memang sederhana. Awalnya ia berjualan di pasar dengan menggelar tenda kecil dari pagi hingga siang. Sekarang, ia mampu melayani pelanggan dari pukul 07.00 Wita sampai 20.00 Wita. Katanya, ia sering kasihan dengan pelanggan yang kecele karena sebelumnya pukul 17.00 Wita warungnya sudah tutup.

Harga Rp 10.000 per porsi sudah dipertahankan Ketut Gina sekitar tiga tahun terakhir. Ia tidak tega menaikkan harga lagi. “Kasihan, apa-apa sudah mahal. Tiyang bertahan saja, asal masih untung sudah bersyukur,” ujarnya.

Keuntungan yang dia raup menurun jauh dibandingkan sebelum krisis ekonomi 1998. “Dulu, tiyang membutuhkan 80 ekor kuwir setiap hari. Sampai-sampai tiyang punya ternak ratusan ekor yang dipasok dari Jawa. Sekarang, hanya habis sekitar 20 ekor saja dan tidak lagi pasok dari Jawa,” ceritanya dengan nada sedih.


Bangga
Ketut Gina merasa bangga dengan keahliannya mampu ngelawar (meramu lawar) yang jarang dimiliki warga Bali. Anaknya yang mengikuti jejak sang bapak pun terpaksa gulung tikar. Warung yang dibuka di Tuban dan Jalan By Pass Ida Bagus Mantra tak bertahan dan terpaksa modal Rp 200 juta pun melayang. Bagaimana tidak, pelanggan sudah tersugesti dengan lawar kuwir racikan tangan Ketut Gina.

Bagi penikmat lawar, rasa lawar Pan Sinar memang belum ada tandingannya dibandingkan dengan masakan warung lawar lain. “Duh, rasanya selangit. Pas banget. Belum ada tandingannya. Seken ne (beneran nih),” kata salah satu pelanggan tetap Pan Sinar. Lawar kuwir terdiri dari rajangan nangka muda, irisan kuwir yang sudah direbus selain bagian dada, parutan kelapa bakar, serta bumbu lengkap ala Bali yang disebut bumbu genep, seperti kencur, kunyit, laos, bawang merah, bawang putih, serta tak lupa irisan cabai. Semua itu diuleni dengan tangan.

Takaran memang memengaruhi rasa. Meleset perbandingannya antara bumbu dan racikan bahan lainnya, lawar menjadi hambar atau tidak mantap. Katanya, bagi yang kurang pandai meracik lawar secara enak bakal menyiasati rasa dengan irisan cabai yang banyak. Tetapi, siasat ini tidak berlaku untuk Ketut Gina. Makanya, seorang mencegera biasanya mendapat kemampuan meramu secara turun-temurun. Namun, kalau tidak hobi dan menikmati sebagai mencegera juga bisa dipastikan gagal menyajikan lawar yang enak.
Nangka mudanya pun pilihan, yakni nangka cendana muda. Alasannya, menurut Ketut Gina, serat-seratnya lebih banyak dan kenyal dibandingkan nangka muda lainnya. Jika ke Bali, coba dan bandingkan rasanya,. Hmmm… dijamin tidak menyesal mencoba lawar kuwir ini. Dan tak perlu khawatir, lawar ini dijamin tidak dicampur dengan daging hewan lain.

Menyantap lawar kuwir ini enaknya langsung di warung Pan Sinar. Sepiring nasi panas menambah nafsu makan. Lawar kuwir sendiri pun rasanya sedikit pedas. Tetapi, namanya kapok-kapok sambal, meski pedas bisa jadi justru bikin ingin tambah. Di tempat Pan Sinar sepiring lawar kuwir disajikan bersama sate lilit kuwir (dari bagian dada). Tak lupa, semangkuk jukut ares kuwir atau bisa memilih dengan kuah komoh (kuah kaldu rebusan daging kuwir).

Yang tak kalah ketinggalan adalah sambal matah (irisan cabai, bawang merah goreng, dengan minyak kelapa) dan lawar daun belimbing dan racikannya pun tidak sembarangan pilih daun. Yang pasti, semua bahan adalah pilihan.

Kompas, Ayu Sulistyowati
© Kompas Cyber Media

Ayam Betutu Khas Gilimanuk


Ayam Betutu Khas Gilimanuk ini sebenernya uda perna buka dulu di Pluit tapi ga tau knapa tiba-tiba aja tutup. Nah... Baru baru ini dia buka lagi, di tempat yang sama. Semuanya sama cuma decor nya ada dibedain dikit, ada nuansa bali nya. Dikasi patung-patungan bali gitu di outdoor area nya, ya lumayan lah... hehe Menyajikan makanan khas Bali, gw uda mempersiapkan kalo perut gw bakal menangis setelah gw kasi ni ayam (dan bener aja, pas gw lagi nulis post ini kira-kira 12 jam setelah makan, gw mules!)


1. Ayam Betutu (Rp. 65.000)



Yummy :) Seekor ayam betutu utuh... Buat yang ga perna makan, ayam betutu adalah cara memasak ayam dengan bumbu-bumbu ala bali, PEDES dan sangat harum. Berbeda sama makanan jawa yang cenderung manis, si ayam betutu ini herb-y banget dengan tingkat pedes yang setara sama masakan manado.  Agak mirip sama ayam buluh tapi ini lebih 'light' rasanya. Ayamnya empuk dan gede.... Kuah nya wangi banget dan mengingatkan gw akan kuah nya konro bakar, ga tau deh bumbu apa yang ngasi bau khas itu. Love it... hehe



Oya, kalo pesen ayam betutu akan dikasi kangkung plecing, kacang goreng, sambal matah en sambel yang merah itu. Sambel matah YUMMY!!!! Oh I love that thing... Pedes and harum, pake nasi panas aja mantepppp.


2. Ayam Betutu Goreng (Rp. 65.000)



Nah kalo ini seh kaya ayam goreng biasa.... Wangi seh tapi menurut gw kurang. Kurang gurih dan kurang empuk. Gorengnya agak terlalu kering jadi nya pas digigit tuh alot. Yah.. Buat yang ga bisa terlalu pedes ok lah makan yang ini


3. Sate Lilit (Rp. 2.500/pc)



Sate lilit ini terbuat dari ayam.... Ayam cincang yang dicampur berbagai macam rempah-rempah, ditempelin ke kayu trus dibakar. Enakkk :) Well this one is not the best sate lilit I ever had but it's yummy.


4. Telur Bumbu Bali (Rp. 3.000/pc)



Telur rebus utuh yang dikasi sambel ala bali. Yah mirip telur balado cuma sambel nya kan beda, yang ini agak didominasi rasa bawang merah en cabe rawit gitu. Tidak terlalu pedes.


Sumber: http://b4b1b0y.blogspot.com
Related Posts with Thumbnails