Sabtu, 16 Oktober 2010

Tahu Takwa dan Sejarahnya



Tahu takwa, nama yang cukup unik. Ketakwaan adalah derajad keimanan seorang. Konon, kata tahu berasal dari bahasa Cina: tao-hu, teu-hu, atau tokwa. Tao atau teu berarti kacang (kedelai). Hu dan kwa berarti lumat. Entah darimana asalnya muasal kata ini sehingga disematkan di belakang kata tahu, yang jelas jajanan tahu khas Kota Kediri lebih dikenal dengan nama tahu takwa. Mungkin karena Kediri terkenal dengan dengan kota santri. Sehingga orang mengatakan tahu taqwa.
Rasanya gurih dan tidak ada rasa asam sama sekali. Kalau di goreng, bagian luar kering renyah namun tetap lembut di bagian dalamnya. Karen rasanya kenyal gurih tahu ini biasanya dipotong kecil ditumis dengan tauge dan kucai. Atau dipakai untuk campuran bakmoy ayam. Tahu takwa atau tahu kuning Kediri memiliki tekstur yang kenyal dan lembut kalau di makan. Bentuknya kotak segi empat dan agak pipih.

Bentuknya pun juga unik. Tahu takwa berbeda dengan tahu pada umumnya yang berwarna putih. Tahu taqwa berwarna kuning. Warna kuning pada tahu takwa bukan karena pewarna sistesis, namun menggunakan pewarna alami, yaitu kunyit. Keunggulan lain pada tahu takwa, jelas terdapat pada kandungan gizinya. Seperti tahu pada umumnya, kandungan protein yang tinggi, dapat dipastikan akan sangat baik untuk tubuh manusia. Tahu takwa adalah jajanan yang bersifat basah, dan memiliki daya tahan di tempat terbuka maksimal selama 1 X 24 jam.

Salah satu kawasan penyedia tahu di Jalan Yos Sudarso Kota Kediri, bahkan tak pernah sepi dari kunjungan pembeli. Kawasan yang dipadati pembuat dan penjual tahu itu sengaja berjualan hingga malam hari ditambah dengan mematok harga kompetitif. Tujuannya yaitu mereka berebut menjaring pembeli untuk menikmati makanan berprotein tinggi ini.
Adalah Lauw Soe Hoek atau hingga kini lebih dikenal sebagai Bah Kacung yang pertama kali membuat tahu dan menjadi pelopor industri tahu Kediri. Ia mulai merintis usaha tahu sejak 1912. Saat ini usahanya telah diteruskan oleh cucunya Herman Budiono setelah putranya Yosef Seger Budisantoso (Lauw Sing Hian) meninggal bulan Mei 2008 lalu.

Mbah Kacung telah meninggal tahun 1963, namun tahu Bah Kacung masih bisa kita nikmati dan membeli di tokonya yang terletak di Jalan Trunojoyo pecinan kota lama Kediri. Tahu produksi Bah Kacung memang telah menjadi legenda Kediri.
Sumber: www.jelajahbudaya.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails